KISAH HIDUP ABRAHAM DALAM PETA: DARI MESOPOTAMIA KE TANAH PERJANJIAN

KISAH HIDUP ABRAHAM DALAM PETA: DARI MESOPOTAMIA KE TANAH PERJANJIAN

Awal Kehidupan Abraham

Abraham lahir 4.000 tahun yang lalu di kota kuno Ur di Mesopotamia. Menurut Alkitab, ini terjadi beberapa ratus tahun setelah banjir besar, di mana Nuh, kakek buyut Abraham, masih hidup. Meskipun Nuh mungkin mengajarkan Abraham tentang Tuhan, Alkitab mencatat bahwa Abraham dan keluarganya pada awalnya menyembah berhala Mesopotamia.

Namun, hidup Abraham berubah ketika Tuhan berbicara kepadanya, memberikan perintah yang mengejutkan: "Pergilah dari negerimu, dan Aku akan memberikan tanah baru kepadamu serta menjadikanmu bangsa yang besar. Melalui engkau, seluruh dunia akan diberkati."

Dengan iman, Abraham meninggalkan tanah kelahirannya bersama keluarganya, mengikuti rute perdagangan yang umum hingga tiba di Haran, sebuah kota yang mungkin dinamai berdasarkan nama saudaranya. Di sini, Abraham tinggal hingga ayahnya, Terah, meninggal dunia.

Perjalanan ke Tanah Kanaan

Pada usia 75 tahun, Abraham, istrinya Sarai, dan keponakannya Lot meninggalkan Haran menuju tanah Kanaan. Di tengah perjalanan, mereka singgah di Sikhem, sebuah kota di wilayah Kanaan yang terkenal dengan praktik penyembahan berhala, termasuk pengorbanan anak. Abraham, yang mengikuti Tuhan sejati, bersyukur bahwa Tuhan tidak pernah meminta hal seperti itu darinya.

Ketika kelaparan melanda Kanaan, Abraham membawa keluarganya ke Mesir. Namun, di sana, ia memerintahkan Sarai untuk mengaku sebagai saudara perempuannya agar tidak dibunuh oleh orang Mesir yang tertarik pada kecantikannya. Ketika Firaun hampir mengambil Sarai sebagai istri, Tuhan mengirimkan tulah kepada Firaun, yang kemudian mengusir Abraham dan keluarganya keluar dari Mesir.

Perselisihan dengan Lot dan Pendirian Mezbah

Kembali ke Kanaan, ternak Abraham dan Lot berkembang pesat hingga menyebabkan perselisihan antara para gembala mereka. Abraham memutuskan untuk berpisah dengan Lot, membiarkannya memilih tanah terlebih dahulu. Lot memilih lembah Yordan yang subur, termasuk kota Sodom dan Gomora. Sementara itu, Abraham menetap di Mamre dan mendirikan mezbah bagi Tuhan.

Penyelamatan Lot dan Pertemuan dengan Melkisedek

Ketika Lot dan keluarganya ditangkap oleh raja-raja dari timur, Abraham mengumpulkan pasukannya dan berhasil menyelamatkan Lot. Dalam perjalanan pulang, Abraham bertemu Melkisedek, raja Salem (kemudian dikenal sebagai Yerusalem), yang juga seorang imam Tuhan yang Maha Tinggi. Melkisedek memberkati Abraham, dan Abraham memberikan sepersepuluh dari semua miliknya sebagai penghormatan.

Janji Tuhan dan Anak Perjanjian

Tuhan memperbarui janji-Nya kepada Abraham bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit. Namun, Sarai, yang masih mandul, menyarankan agar Abraham memiliki anak melalui budaknya, Hagar. Hagar melahirkan Ismael, tetapi ini bukan rencana Tuhan. Tuhan menegaskan bahwa Sarai, yang kemudian berganti nama menjadi Sara, akan melahirkan seorang anak, meskipun ia berusia 90 tahun.

Anak itu, Ishak, lahir sebagai penggenapan janji Tuhan. Nama Abraham, yang sebelumnya Abram, diubah menjadi "bapa segala bangsa," menandai perannya yang penting dalam rencana Tuhan.

Pengorbanan Ishak

Tuhan menguji iman Abraham dengan meminta dia mempersembahkan Ishak sebagai korban. Abraham, dengan percaya bahwa Tuhan dapat membangkitkan Ishak, menaati perintah itu. Namun, tepat sebelum pengorbanan dilakukan, malaikat Tuhan menghentikannya dan menggantinya dengan seekor domba jantan. Peristiwa ini menunjukkan kesetiaan Abraham dan mempertegas janji Tuhan bahwa melalui keturunannya, seluruh dunia akan diberkati.

Warisan Abraham

Abraham meninggal dan dimakamkan di Hebron bersama Sara. Kisah hidupnya menjadi teladan iman yang tak tergoyahkan. Janji Tuhan kepada Abraham terwujud melalui keturunannya, termasuk Yesus Kristus, yang lahir 2.000 tahun kemudian. Yesus, keturunan Abraham, menjadi penggenapan janji Tuhan untuk memberkati seluruh umat manusia.

Kisah Abraham mengajarkan kita untuk memiliki iman kepada Tuhan dan mengikuti panggilan-Nya, seperti yang dilakukan Abraham dalam petualangan terbesarnya: perjalanan iman bersama Tuhan.

Sumber : Abraham - History and Biography

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow