KETAATAN KEPADA ALLAH
Kis 5:29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya:
"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
Oleh : Pdt. I Made Agustinus, S. Th., MA., M. Th
Shalom..damai sejahtera Allah bagi kita semua!
Bapak ibu saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kita hidup sebagai manusia tentunya memiliki pedoman dan pandangan hidup yang kita ikuti serta dijalani, baik dari pengalaman pribadi atau seseorang, entahkah itu ayah kita, guru kita atau orang-orang yang kita anggap sebagai seorang tokoh yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sekitar dan masyarakat. Kita mengikuti wejangan, petunjuk, dan arahan tersebut dengan sunggung-sungguh dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi atau keluarga. Nasihat dan petunjuk kehidupan dari orang-orang yang hebat itu bahkan kita teruskan kepada generasi kita, karena kita menyakini bahwa petunjuk dan wejangan itu jika diikuti oleh generasi atau anak-anak kita akan menghasilkan pola hidup yang baik. Petunjuk dan wejangan itu diikuti dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, dan dianggap sebagai suatu hukum dalam kehidupan pribadi. Praktek seperti inilah yang menghasilkan budaya dan adat dalam kehidupan masyarakat.
Kita sebagai orang Percaya (Kristen) terlahir ditengah-tengah kehidupan adat dan budaya dimasing-masing lingkungan, keluarga, bahkan suku dimana kita berada. Budaya dan adat yang kita terima melekat dengan kuat, bahkan kadang di daerah tertentu kita melihat adat-budaya dan agama tercampur dalam prinsip dan praktek kehidupan. Dengan berjalannya waktu, adat-budaya yang bersifat turun temurun banyak kita temui tidak lagi relevan dengan keadaan kita saat ini. Tentu saat pertama kali aturan, petuah dan kaidah-kaidah itu diajarkan sesuai dengan keadaam zaman saat itu, sehingga sangat relevan dengan kehidupan yang ada. Artinya setiap aturan, petuah dan kaidah-kaidah dianggap bagus sebagai filosifi dan pandangan hidup dapat berubah dan harus menyesuaikan diri dengan keadaan dan perkembangan zaman.
Namun berbeda dengan Allah dan firman-Nya yang tidak berubah dari zaman ke zaman, hikmat dan kearifan-Nya menuntun umat manusia kepada jalan dan kehendak-Nya yang adalah sumber kehidupan. Tanpa Allah manusia tidak dapat ‘hidup’! namun tanpa manusia, Allah tetaplah Allah Yang Berkuasa, dari kekal sampai kekal. Bukan Allah yang membutuhkan manusia, melainkan manusia yang memutuhkan Allah. Tuhan Allah menentukan bagaimana nasib seseorang, apakah dia menerima kebaikan dan kasih karunia Allah, atau dia menerima hukuman dari Allah. Semuanya itu tergantung dari bagaimana cara hidup seseorang, apakah ia hidup dan taat sesuai dengan firman Allah, atau dia mengikuti petunjuk, aturan, prinsip hukum manusia yang tidak sesuai dengan prinsip hukum kebenaran Allah. Hukum dan kebenaran Allah bersifat continue, relevan dan berkelanjutan sepanjang zaman kehidupan di bumi.
Ketaatan kepada Allah dan firman-Nya adalah kunci keberhasilan kita sebagai orang Percaya. Kata ‘taat’ dalam teks Yunani adalah πειθαρχέω peitharcheō diterjemahkan ‘obey’ dalam bahasa Inggris, secara harafiah berarti ‘tunduk pada otoritas dan hukum’. Ketaatan kepada Allah bersifat ‘mutlak’ dan tak dapat ditawar, sebab Allah Berkuasa (otoritas) dan Ia adalah Raja Kekal (hukum dari segala hukum), dan Allah tidak pernah ‘salah atau keliru’. Pemimpin agama (pendeta), guru Injil, aktifis gereja dan tokoh-tokoh agama bisa salah dan keliru dalam keputusan dan petunjuknya (human error), sehingga bukanlah menjadi sesuatu yang mutlak untuk diikuti. Para pemimpin dan tokoh agama patut dicontoh dan diteladani apabila dalam keputusan dan petunjukkan mendasarkan pada firman Allah.
Apa yang terjadi pada waktu Petrus dan para rasul yang lain ketika dihadapan Mahkamah dan para pemimpin agama, yaitu dengan mengambil tindakan yang benar bahwa mereka harus ‘taat’ kepada Allah untuk menyuarakan kebenaran bahwa ‘Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia’, dan tidak takut akan tekanan dan ancaman dari pemimpin agama Yahudi. Tidak sedikit orang Kristen yang karena tekanan dan ancaman akhirnya kompromi dan mengikuti apa yang manusia inginkan, padahal hal tersebut bertentangan dengan kehendak dan hukum Allah (dosa). Keadaan yang kita alami kadang tidak seperti yang kita harapkan. Karena semua kita berharap hidup yang kita lalui semua baik-baik saja. Disitulah ujian dan tantangan bagi orang percaya, apakah masih tetap memegang perintah dan janji Allah sekalipun terancam, atau mencari aman sekalipun berlawanan dengan yang Allah kehendaki.
Kehidupan kita dimasa depan tergantung bagaimana kita menjalani kehidupan hari ini, apakah kita taat kepada Allah atau tidak. Seperti nats dalam Galalita 6:8 tertulis:
“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”
Ketatan kita akan mendatangkan kebaikan dan kasih Allah dalam kehidupan kita, sekalipun kadang bertentangan dengan pemikiran dan pandangan orang sekitar kita. Tetaplah berpegang teguh pada firman Allah, sebab firman Allah adalah sumber kehidupan dan tidak pernah terlambat dalam memberkati orang-orang yang ‘taat dan setia’. Ketaatan dan kesetian adalah bukti bahwa kita hidup dalam tuntunan Roh Kudus Jadi sekalipun kita tertindas, terancam, dan terkucilkan karena taat kepada kehendak Allah, suatu saat pada waktunya (kairos) Allah akan bertindak menyatakan anugerah kasih-Nya dan memberkati kita. Amin!
Sumber Gambar : Ketaatan = Mengasihi Tuhan » Pelita Nusantara News
Apa Reaksi Anda?