Refleksi Reformasi Gereja: 506 Tahun Perubahan dan Pengingat Penting

Refleksi Reformasi Gereja: 506 Tahun Perubahan dan Pengingat Penting
Refleksi Reformasi Gereja: 506 Tahun Perubahan dan Pengingat Penting
Refleksi Reformasi Gereja: 506 Tahun Perubahan dan Pengingat Penting

Seiring dengan berjalannya waktu, bulan November selalu membawa kita kembali ke peristiwa penting dalam sejarah gereja: Reformasi Protestan yang dimulai oleh Martin Luther pada tahun 1517. Dengan berani, Luther menancapkan 95 teznya di pintu gereja Wittenberg, memulai gelombang perubahan yang akan membentuk wajah gereja selamanya. Bersama para rekan seperjuangannya, Luther memimpin gerakan Reformasi selama beberapa dekade mendatang.

Saya memiliki kecenderungan untuk merenungkan dan mempelajari kembali sejarah Reformasi. Dalam refleksi ini, saya menemukan banyak hikmah yang membangkitkan semangat, memberi janji, memberikan pelajaran, dan membangunkan kesadaran saya akan pentingnya mempertahankan nilai-nilai penting dari Reformasi. Pengamatan ini mengingatkan saya akan prinsip-prinsip Solas yang masih relevan hingga saat ini. Keseluruhan gerakan Reformasi adalah hasil dari penemuan kembali ajaran Injil yang telah membawa berkah besar bagi gereja.

Namun, dalam pandangan kembali ini, saya juga ingin membagikan lima pengingat penting:

1. Lihat ke Masa Lalu dengan Penghargaan, Bukan Hanya Ke Arah Masa Depan
Para pemimpin Reformasi tidak berusaha menciptakan hal-hal yang sepenuhnya baru, melainkan mereka menemukan dan mengajarkan kembali kebenaran yang telah lama ada. Mereka mencintai gereja dan mendambakan pembaruan. Mereka menekankan pembenaran oleh iman, mengembalikannya pada pusatnya. Di zaman sekarang, terkadang kita lebih suka mengabaikan warisan yang berharga dari masa lalu. Kita terlalu terpaku pada hal-hal baru dan inovatif. Sebaliknya, kita dapat memperkaya iman kita dengan melihat kembali dan menghargai warisan kebenaran dari gerakan Reformasi.

2. Kesetiaan Terhadap Tuhan Di Atas Segala-galanya
Para reformator tidak peduli dengan reputasi atau popularitas mereka. Mereka hanya ingin setia kepada Tuhan, bahkan jika hal itu membuat mereka tidak disenangi banyak orang. Mereka memiliki tekad yang kuat. Di zaman sekarang, terkadang kita lebih khawatir akan apa yang orang pikirkan tentang kita. Terlalu sering kita cenderung untuk memenuhi harapan dan mendapatkan persetujuan dari orang lain. Namun, kesetiaan kepada Tuhan membutuhkan tekad yang bulat, bahkan ketika kita tidak disukai orang banyak.

3. Kekuatan dalam Doa
Reformasi tidak hanya terjadi melalui kebijakan dan strategi manusia, tetapi juga melalui doa para orang percaya. Para reformator menunjukkan ketulusan mereka dalam berdoa. Mereka menyadari bahwa hanya melalui doa kita dapat melihat perubahan yang sejati. Sayangnya, doa persekutuan di gereja sering kali ditinggalkan atau kurang dihargai saat ini. Untuk melanjutkan pergerakan Reformasi, kita harus kembali mengakui kekuatan doa sebagai fondasi utama.

4. Doktrin Harus Dihargai, Bukan Dihilangkan
Dalam upaya untuk membuat pesan gereja lebih relevan atau menarik, doktrin sering dihilangkan dari pengajaran. Namun, Reformasi gereja dimulai dari kembali pada dasar-dasar doktrin yang sehat. Doktrin yang kuat dan sehat adalah fondasi yang diperlukan untuk membangun gereja yang kokoh.

5. Kasih kepada Firman Tuhan
Para reformator mencintai firman Tuhan dan memahaminya sebagai otoritas tertinggi. Mereka menekankan pentingnya membaca dan memahami Alkitab. Di zaman sekarang, terkadang kita lebih tergila-gila pada pengajar atau penulis terkenal daripada firman Tuhan sendiri. Kita harus kembali kepada Alkitab sebagai sumber kebenaran yang utama.

Melalui refleksi Reformasi ini, semoga kita semua dapat diberkati dan terdorong untuk mempertahankan kebenaran Injil dan membangun gereja yang kokoh di hari-hari mendatang. Kiranya kita tidak lupa akan pelajaran berharga dari masa lalu, sehingga api Reformasi tetap menyala di dalam hati kita.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow