KONFERENSI AI EROPA DIBUKA DENGAN PERTANYAAN "APA ITU KEBENARAN?

KONFERENSI AI EROPA DIBUKA DENGAN PERTANYAAN "APA ITU KEBENARAN?

Konferensi Internet Kristen Eropa (ECIC) resmi dibuka pada 9 September dengan tema utama "Apa Itu Kebenaran? Masalah Etika dan Praktis dalam Penggunaan Kecerdasan Buatan." Acara ini mengundang para pembicara dari berbagai latar belakang untuk berbagi wawasan mereka tentang tantangan etika dan teknologi dalam dunia yang semakin cepat berubah.

Agnieszka Godfrejów-Tarnogórska, Presiden jaringan ECIC dan petugas komunikasi Gereja Injili Pengakuan Augsburg di Polandia, membuka acara dengan refleksi mengenai tanggapan Yesus kepada Pilatus, yang menyatakan bahwa Ia datang ke dunia untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran. "Ini mengingatkan kita bahwa kebenaran bukanlah konsep abstrak, melainkan realitas hidup yang berakar pada pribadi Kristus," kata Godfrejów-Tarnogórska. Ia menekankan bahwa para komunikator Kristen yang bekerja dengan teknologi digital memiliki tanggung jawab untuk menjadi saksi kebenaran di tengah dunia yang semakin dikuasai oleh algoritma dan data.

Ia juga menyoroti isu-isu etika dan tantangan praktis yang menyertai perkembangan AI. "Itulah mengapa pekerjaan kita sangat penting. Kita dipanggil untuk mengkritisi dan mengawasi bagaimana AI dan teknologi digital digunakan," lanjutnya. Menurutnya, penting untuk mendorong transparansi, keadilan, dan akuntabilitas dalam penggunaan teknologi, serta memastikan bahwa penerapannya sejalan dengan nilai-nilai Kristen yang menghormati ciptaan, melayani manusia, dan menjunjung keadilan.

Dalam sambutannya, Marianne Ejdersten, Direktur Komunikasi Dewan Gereja Dunia (WCC), menggarisbawahi transformasi yang dibawa oleh teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. "Teknologi ini memberikan kita cara baru untuk berkomunikasi, mendapatkan informasi, dan menyuarakan martabat serta hak asasi manusia," ujar Ejdersten. Ia berharap konferensi ini akan mendorong pemikiran kritis dan memastikan bahwa perkembangan kecerdasan buatan pada akhirnya akan melayani kepentingan kemanusiaan dan perdamaian.

Peluang dan Peringatan di Masa Depan

Pada hari pertama konferensi, dua pidato utama disampaikan untuk membuka diskusi lebih mendalam tentang metodologi, komunikasi, dan teknologi.

Dr. George Zarkadakis, penulis dan kepala inovasi di Syndesis Health Inc., menyampaikan pidato berjudul "Dewa, Robot, dan Teori Pikiran: Bagaimana AI Berbeda dari Semua yang Pernah Kita Ciptakan." Dalam pidatonya, Zarkadakis menyoroti perjalanan panjang dari gagasan bahwa objek mati bisa memiliki pikiran, dari masa prasejarah hingga lahirnya AI di abad ke-20. "AI adalah teknologi yang bisa membentuk manusia menjadi meta-spesies yang melampaui batas fisik," ujarnya, menekankan bahwa AI berpotensi memberikan manusia kemampuan yang luar biasa seperti dewa.

Zarkadakis juga mengingatkan tentang kemungkinan-kemungkinan nyata yang sebelumnya hanya ada dalam fiksi ilmiah, seperti membatalkan diri sendiri, merekonstruksi diri sebagai informasi, dan mentransfer kesadaran. "Manusia kini telah menjadi bagian dari mesin," katanya, menyatakan kekhawatiran atas dampak sosial dari perkembangan AI.

Pandangan dari Dunia Gereja

Prof. Dr. Holger Sievert, profesor Manajemen Media di Kampus Cologne, juga memberikan wawasan mengenai bagaimana gereja-gereja besar di Eropa menyikapi kecerdasan buatan. Berdasarkan hasil survei terhadap hampir 1.500 karyawan gereja, Sievert menyimpulkan bahwa digitalisasi semakin diterima oleh komunitas gereja. "Ibadah daring tetap populer bahkan setelah pandemi COVID-19," ujarnya.

 

Menariknya, ia menemukan bahwa anggota gereja di Jerman lebih cepat mengadopsi digitalisasi dibandingkan masyarakat umum. Sebagai contoh, pada tahun 2022, 25% populasi Jerman menggunakan Facebook setiap hari, sementara 60% anggota gereja lebih memilih Instagram sebagai platform utama mereka.

Sievert menutup dengan mengatakan bahwa komunitas gereja satu hingga tiga tahun lebih maju dalam hal digitalisasi dibandingkan populasi umum di Jerman, dan AI menjadi bagian penting dari perjalanan ini.

Dengan beragam perspektif dan diskusi yang mendalam, konferensi ini diharapkan menjadi platform untuk refleksi kritis dan dialog mengenai kecerdasan buatan, serta dampaknya terhadap masyarakat, teknologi, dan iman Kristen.

Sumber Berita : Conference on artificial intelligence opens with profound question: “What is truth?” | World Council of Churches (oikoumene.org)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow