ORANG KAYA DISEMBUHKAN OLEH UANG, ORANG MISKIN DISEMBUHKAN OLEH KASIH

ORANG KAYA DISEMBUHKAN OLEH UANG, ORANG MISKIN DISEMBUHKAN OLEH KASIH

Kali ini, kami memiliki kesempatan luar biasa untuk mewawancarai Sdr. Frans Rumere, seorang tokoh muda inspiratif dalam dunia kepemimpinan Kristen. Salah satu prinsip inti yang dikembangkannya adalah "Orang Kaya disembuhkan oleh uang, orang miskin disembuhkan oleh Kasih."

Dalam wawancara ini, kami akan memperoleh wawasan mendalam mengenai bagaimana pandangan ini membentuk kepemimpinan Sdr. Frans Rumere dalam melayani masyarakat. Bagaimana kasih, bukan materi, menjadi daya penggerak utama dalam membantu sesama manusia.

Jangan lewatkan kesempatan untuk memahami lebih lanjut mengenai bagaimana kepemimpinan Kristen dapat menjadi panggilan untuk mengasihi dan membantu tanpa memandang status sosial atau ekonomi. Simak wawancara eksklusif ini dengan Sdr. Frans Rumere, di mana kami akan menggali lebih dalam prinsip luhur ini.

Redaksi : Bagaimana Anda pertama kali terlibat dalam kegiatan kemanusiaan di Papua? Apa yang yang mendorong Anda untuk inisiatif ini?

Sdr.Frans Rumere : Pertama kali saya terlibat kemanusiaan di Papua ketika melihat Bapa saya sakit tahun 2014 dan satu tahun kemudian meninggal, sehingga menjadi  inisiatif  awal bagi saya, siapa yang lagi dapat menolong kita kalo diri kita sendiri terutama orang Papua harus tolong suku mereka sendiri kalo dong yang tolong suku mereka sendiri “rasa kasihnya’ berbeda dengan suku yang lain.

Redaksi : Bisa Anda ceritakan lebih detail tentang Komunitas Medis Papua Tanpa Batas yang Anda Pimpin (salah satu pendiri) Apa tujuan utama dari komunitas ini?

Sdr.Frans Rumere : Komunitas Medis Papua Tanpa Batas, awalnya atau embrionya adalah dari Pemuda Klasis GKI Port Numbay yang pada waktu itu saya sebagai Koordinator Pemuda dari Pemuda GKI Se-Klasis Port Numbay – Kota Jayapura 2017-2022. Dibentuk karena kami melihat ada banyak SDM Medis Pemuda Gereja di luar bidang Theologi yang harus harus di berdayakan dan ibadah itu bukan hanya dalam gereja karena sesungguhnya gereja yang sesungguhnya adalah tubuh manusia dan kalau tubuh kita sakit kita perlu pengobatan bukah di khotbahkan dan dalam akitab jelas Yesus berkata Kasih yang terbesar adalah Kasih kepada Tuhan dan sesama [Kemamsiaan] dan Yesus mengatakan juga bahwa ibadah yang sesunggunya adalah ketika saudara lapar beri dia makan, haus beri dia minum, telanjang beri dia pakaian, sakit kunjungi dia di rumah sakit atau antar dia berobat dan dia di pnjara kunjungi dia “itulah ibadah yang sejati” ini yang melatar belangkangi kita buat Komunitas Medis ini untuk menjangkau yang tak terjangkau, terisolir, terbatas finasial (uang berobat) dengan visi : Pelayanan kita adalah perpuluhan kita kepada Tuhan karena kita tidak mampu bayar Tuhan untuk nafas dan kebaikan lainnya selain melayani Tuhan dengan profesi yang ada pada kita, Motto : Bahagia itu sederhana ketika kita bermamfaat bagi orang lain. Komunitas Medis ini berubah nama jadi “Komunitas Medis Papua Tanpa Batas” adalah ketika kita melayani pengungsi Nduga di wamena kita yang jalan pertama pergi pelayanan adalah Pemuda GKI tetapi masyarakat yang kita layani adalah gereja KINGMI Papua dan yang menyediakan fasilitas penginapan dan transportasi adalah gereja Katolik oleh sebab itu kita rubah nama jadi : Komunitas Medis Papua Tanpa Batas, dengan sprit kemanusiaan yang sesungguhnya adalah tanpa sekat ras, golongan, suku, agama. Kita bersyukur dengan perubahan nama ini teman2 Medis yang bergabung sudah beragam agama dan dedominasi gereja, dengan jumlah anggota sudah melebih 100an anggota dan tersebar diseluruh Tanah Papua dengan Cabang yang aktif di Kabupaten Puncak, Jayawijaya dan Biak.

Redaksi : Apa jenis layanan kesehatan yang biasanya diberikan oleh Komunitas Medis Papua Tanpa Batas? Apakah ada proyek khusus atau program yang Anda jalankan?

Sdr.Frans Rumere : Layanan kesehatan yang berikan adalah pelayanan diakonia kesehatan ke kampong-kampung yang terisolir dan rujukan bagi pasien yang darurat ke kota untuk mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik, pelayanan kesehatan bagi hewan-hewan masyarakat karena dalam kunitas ini tersedia juga Dokter Hewan, petugas Medis Hewan , dan proyek atau program sudah dijalankan adalah penyediaan alat filter air bersih (Pengunsi Nduga dan Banjir Bandang Sentani) dan alat perkebunan/bibit sayur mayor/buah-buahan bagi pengungsi nduga wamena.

Redaksi : Bagaimana Anda dan Tim mengatasi tantangan khusus yang terkait dengan aksesibilitas dan infrastruktur kesehatan di Papua?

Sdr,Frans Rumere : Untuk mengatasi Tantangan akses kesehatan adalah memamfaatkan potensi atau link pemuda gereja atau gereja dan jaringan sejawat medis jadi dengan sendirinya ada tersedia akses meskipun pelik namun ada jalan keluar infrastruktus kesehatan juga hal yang sama mamfaatkan potensi sejawat medis untuk pelayanan di daerah-daerah (penginapan) puskesmas, alat kontak medis, obat dan lainnya.

Redaksi : Apakah ada cerita atau atau pengalaman yang khusus mempengaruhi atau menginspirasi Anda dalam melakukan pekerjaan kemanusiaaan di Papua?

Sdr.Frans Rumere : Cerita atau pengalaman khusus adalah dari Tete Mama saya yang seorang Mantri Belanda di daerah Warpen dan Yapen, yang saya lihat dan rasakan kasih sayang yang luar biasa dari orang-orang yang pernah Ia layani bagi kami Setiap tempat Ia pernah tugas ketika kami datang mereka menjamu kami luar biasa dengan kasih sayang setiap tempat di mana tete melayani ada namanya tetapi juga orang tua saya yang melanjutkan pekerjaan tete saya saya ini sangat di hargai ketika kami bertemu kasih sayang dan ucapan terima kasih mereka kepada sangat tulus ini yang menginspirasi saya untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan ini dan dal ini juga saya ketemu di pengungsi Nduga di Wamena.

Redaksi : Bagaimana pendekatan Anda terhadap membangun kapasitas local dalam konteks pelayanan kesehatan di Papua?

Sdr.Frans Rumere : Pendekatan Kapisitas local, ketika pelayanan bertemu dengan tokoh-tokoh daerah setempat baik pemuda, gereja, pemerintahan dan adat mengadvokasi mereka secara tidak lansung bagaimana hidup sehat dengan menjaga lngkung bersih dan perilaku hidup sehat dengan cara menghindari pergaulan bebas (pemuda) sex bebas, dll.

Redaksi : Apakah Kemitraan atau Kalaborasi penting  yang telah Anda bangun dengan organisasi atau lembaga lain dalam mendukung misi komunitas medis Papua Tanpa Batas?

Sdr.Frans Rumere : Kemitraan yang telah terbangun dengan beberapa Mitra Gereja di luar negeri, support  dan donasi bagi pelayanan Komunitas di bagi giat-giat kemanusian ini; antara lain : Hapin, UEM, Rajori dan Dewan Gereja Dunia.

Redaksi : Selain aspek kesehatan, apakah ada inisiatif atau program lain yang Anda lakukan untuk Kemanusiaan di Papua?

Sdr.Frans Rumere : Program lain yang di inisiatif adalah Literasi Bahasa Ibu dan Kami juga sudah membuat Komunitas Literasi Bahasa Ibu Pemuda GKI Klasis Port Numbay melihat ada 250 bahasa Ibu di Papua namun diambar kepunahan yang aktif menggunakan Bahasa ibu menurut data Dinas pendidikan Provinsi Papua hanyalah beberapa suku saja, Komunitas Minat Bakat PAM GKI Klasis Port Numbay (Wira Usaha UKM, lungkungan Hidup, Akustik & Pengacara ) memamfaatkan potensi Pemuda gereja yang lain namun kedua ini tidak berjalan maksimal karena sudah mengakhiri tugas dan tanggungjawab sebagai Koordinator pemuda Gereja di Klasis Port Numbay.

Redaksi : Bisa Anda berbagi tentang pengalaman Anda dalam pertemuan dewan gereja sedunia? Apa peran Anda dalam lingkup ini?

Sdr. Frans Rumere : Saya merasa bangga dapat mengikuti pertemuan Sidang Dewan Gereja Sedunia di Jerman - Kota Karlsruhe, 29 Agustus – 6 September 2022 bersama Ketua, Sekertaris. Utusan Khusus GKI Dewan Gereja Dunia dan Sekertaris Departeman Kasih dan Keadilan GKI Di Tanah Papua. Pemuda GKI saya, satu-satunya yang ikut kegiatan ini. Dan peran saya dalam kegiatan ini adalah berbicara terkait situasi pelayananan kesehatan di Papua dalam Konferensi Worskhop dan FGD (Pemuda dan Masyarakat Pribumi) pengantar sebelum Sidang Dewan Gereja Sedunia untuk pemilihan Dewan Gereja Sedunia periode berikut, yang diskriminasi kepada Orang Asli Papua (OAP) yang berbeda idelogi M vs NKRI dimana negara secara khusus instansi kesehatan tidak melayani berdasarkan rasa kemanusiaan namun berdasarkan yang seidologi NKRI.

Redaksi : Bagaimana Komunitas Medis Papua Tanpa Batas dapat berperan dalam mempromosikan perdamaian, dialog antar-agama dan kerja sama antar-gereja di Papua?

Sdr.Frans Rumere : Peran Komunitas Medis adalah murni Kemanusiaan, tetapi akvokasi kami adalah kemanusiaan (kebutuhan akses kesehatan) harus di lihat oleh seluruh komponen terutama pemerintah dan gereja jangan melihat hal ini berdasarkan kaca mata kelompok,perbedaan ideology, suku, ras, agama dan golongan. Peran Komunitas untuk hal  ini manusia Papua harus sehat maka kesejahteraan social akan dimiliki setiap orang.

Redaksi : Ada harapan dan visi Anda untuk masa depan kegiatan kemanusiaan dan Komunitas Medis Papua Tanpa Batas?

Sdr.Frans Rumere : Harapan, Visi saya adalah Kemanusiaan (Karakter Yesus) dan ini harapan saya untuk tetap spirit ini di kerjakan oleh Komunitas Medis Papua Tanpa Batas, karena tanpa rasa kemanusiaan kita akan melayani berdasarkan suka sama suka dan suku sesame suku tapi kalau kerja berdasarkan visi kemanusiaan akan menembus banyak perbedaan dan menerebos sekat-sekat kemutahilan sekalipun dan mendatangkan kesejahteraan yang luar biasa.

Redaksi : Apakah ada pesan atau inspirasi khusus yang ingin Anda bagikan kepada individu atau organisasi yang tertarik untuk mendukung atau terlibat dalam inisiatif kemanusiaan di Papua?

Sdr.Frans Rumere : ’’Orang Kaya disembuhkan oleh uang, orang miskin disembuhkan oleh Kasih [Kemanusiaan”. Papua tidak butuh orang pintar, tra butuh orang kaya tapi butuh orang yang punya hati kasih (Kemanusiaan) yang tulus.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow