MILITER MYANMAR DITUDUH MENARGETKAN GEREJA DI CHIN STATE

MILITER MYANMAR DITUDUH MENARGETKAN GEREJA DI CHIN STATE

Dalam laporan terbaru, militer Myanmar dituduh dengan sengaja menghancurkan gereja di Chin State, memunculkan kekhawatiran tentang penargetan lembaga keagamaan di negara mayoritas Buddha ini. Temuan tersebut, yang didokumentasikan oleh media independen Khit Thit Media dan diverifikasi oleh organisasi nirlaba Myanmar Witness, mengungkap pola kerusakan yang mengkhawatirkan pada gereja di tengah perang saudara yang terus berlangsung.
Rincian Serangan:
Agustus lalu, pesawat tempur Angkatan Udara Myanmar dikabarkan menjatuhkan bom di desa Ramthlo di Chin State, merusak Gereja Baptis Ramthlo dan rumah-rumah di sekitarnya. Insiden ini, yang awalnya dilaporkan oleh Khit Thit Media, telah dikonfirmasi secara independen oleh Myanmar Witness menggunakan metode geolokasi dan pengumpulan data digital.
Laporan Myanmar Witness pada bulan Januari menganalisis sepuluh klaim kerusakan fisik pada gereja-gereja di antara Maret dan Agustus 2023, dengan sebagian besar kejadian melibatkan serangan udara. Semua kejadian terjadi di wilayah yang berada di bawah hukum militer, semakin menyoroti dampak konflik tersebut pada struktur keagamaan.
Menurut Chin Human Rights Organization, setidaknya 107 bangunan keagamaan, termasuk 67 gereja, telah dihancurkan di Chin State sejak kudeta militer hampir tiga tahun yang lalu. Penghancuran tidak terbatas pada Chin State, karena laporan menunjukkan peningkatan penargetan candi Buddha dan gereja di seluruh negara.
Dugaan Penargetan Sengaja:
Meskipun laporan Myanmar Witness tidak secara eksplisit menyatakan apakah militer dengan sengaja menargetkan gereja, umat Kristen Chin dan aktivis hak asasi manusia sangat meyakini bahwa hal ini terjadi. Mereka berpendapat bahwa pemerintah melihat gereja sebagai simbol identitas Kristen, tempat perlawanan, dan tempat perlindungan bagi pengungsi.
Umat Kristen Chin dan kelompok etnis minoritas di Myanmar memiliki sejarah konflik dengan junta militer, mencari peningkatan otonomi bagi komunitas mereka. Laporan ini menunjukkan bahwa nasionalisme Buddha memainkan peran dalam penargetan minoritas agama, dengan sejarah penganiayaan agama terhadap kelompok non-Buddha.
Implikasi Internasional:
Penghancuran gereja di Chin State merupakan bagian dari konflik yang lebih luas yang pecah setelah kudeta militer pada tahun 2021. Kelompok bersenjata etnis, termasuk People's Defense Force, telah melawan pemerintahan junta militer. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa beberapa kelompok bersenjata etnis mulai menguasai kota-kota, menantang dominasi militer.
Organisasi hak asasi manusia internasional dan sarjana menekankan dampak serangan ini pada lanskap budaya dan keagamaan Chin State. Penghancuran sengaja gereja mengirim sinyal kuat kepada warga sipil, menunjukkan bahwa bahkan tempat yang dilindungi oleh hukum kemanusiaan internasional tidak aman jika mereka mendukung kelompok non-junta.
Tantangan Berkelanjutan dan Ketahanan:
Akibat konflik, umat Kristen Chin termasuk dalam jutaan orang yang terdislokasi oleh perang, tinggal di kamp di perbatasan Chin State dan di timur laut India. Meskipun gereja-gereja fisik dihancurkan, para penganut agama tetap menemukan cara untuk berkumpul beribadah, seringkali di rumah-rumah pribadi atau bahkan di hutan, menunjukkan ketahanan di tengah cobaan.
Pengamat internasional dan advokat hak asasi manusia secara cermat memantau situasi ini, menyerukan akhir pada penghancuran institusi keagamaan dan perlindungan komunitas minoritas di Myanmar. Konflik berkelanjutan dan dampaknya pada kebebasan beragama menyoroti permainan kompleks antara ketegangan etnis, identitas keagamaan, dan kekuasaan politik di kawasan tersebut.

Sumber : https://www.christianitytoday.com/news/2024/january/myanmar-church-destroyed-chin-state-war.html

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow