HARAPAN BARU MILENIAL PAPUA MENYAMBUT THE NEXT GUBERNUR DI TANAH PAPUA PERIODE 2024-2029

HARAPAN BARU MILENIAL PAPUA MENYAMBUT THE NEXT GUBERNUR DI TANAH PAPUA PERIODE 2024-2029

Oleh Franciskus Xaverius Rumere, S.Pdk

(Sekretaris Carateker DPW FGM GKI Papua)

Pembangunan  di  Tanah  Papua  telah  dilakukan  oleh  pemerintah,  baik  pembangunan  fisik maupun  non  fisik,  namun  sampai  saat  ini  masih  sering  kita  dengar  diberbagai  kesempatan tentang  pernyataan-pernyataan bahwa  Pemerintah  gagal “meng-Indonesia-kan” Orang  Papua,  atau “Orang  Papua  belum  merasa  sebagai  bagian  dari  Indonesia”.

 

Papua  telah  menjadi  bagian  dari  NKRI  sudah  78 tahun,  namun  dalam  kenyataannya  ekspresi dari  pernyataan  tersebut  di  atas  terjadi  dan  makin meningkat  seiring  dengan  terjadinya peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini, ya walaupun Papua sudah dimekarkan menjadi 6 Provinsi. Tentu  keadaan tersebut  menjadi  pertanyaan  besar  di  benak kita  sekalian:  Kenapa  hal/keadaan  tersebut  masih saja terjadi?  Keadaan  ini  harus  kita  sikapi dengan kedewasaan dan melakukan koreksi untuk perbaikan, terutama pendekatan pembangunan non fisik yang dinilai berbagai pihak kurang diperhatikan dan diabaikan.

 

Pemangku  kepentingan  daerah  maupun  pusat  atau  siapa  saja  yang  hidup  dan berkehidupan   di   Tanah   Papua.  Pendekatan-pendekatan ini adalah   merupakan catatan perjalanan  tugas  sebagai  seorang kepala daerah baik itu Gubernur atau Bupati dan atau walikota di tanah Papua sebagai Abdi Masyarakat.

Pendekatan  penanganan  antar  kelompok  “pendatang  dan penduduk  asli  Papua”; hendaknya juga menjadi perhatian dan mengedepankan “win-win” (saling menguntungkan); Kepemimpinan yang dikehendaki orang asli Papua, kepemimpinan dengan “Hati”; pendekatan  anthropologis sesuai adat istiadat/kearifan lokal dimulai dengan mengangkat/memberdayakan apa   yang   dimiliki   masyarakat   asli   Papua. Pesan  religius  seorang pendeta/pengabdi  pada  masa  lalu:“Barang siapa yang bekerja di Tanah ini dengan setia, jujur dan dengar-dengaran maka ia akan berjalan dari tanda heran yang satu ke tanda heran lain” (Isack Samuel Kijne, 1947). ini menjadi kata kunci bagi pemimpin yang bekerja diatas tanah Papua.

Dalam  semangat  Otonomi  Khusus  (OTSUS) Papua, kepemimpinan memiliki posisi yang sentral dan  sangat  penting  dalam  mengejawantahkan Roh/jiwa  dari  Otonomi  Khusus  (OTSUS),  yakni: Perlindungan  terhadap   Orang   Asli  Papua; Keberpihakan  terhadap  Orang  Asli  Papua  dan Pemberdayaan terhadap Orang Asli Papua. Untuk mewujudkan hal tersebut  diperlukan kepemimpinan  yang  diterima  berbagai  lapisan masyarakat,  terutama  masyarakat  asli  papua. Dan memiliki pengalaman  yang  sudah  dipraktekkan  tentang cara-cara/win-win yang strategis tentang pola atau sistem  yang  sesuai  dan  cocok,  baik  dari aspek Pendidikan, kesehatan,  sosial,  budaya, ekonomi, dan aspek pendekatan politis serta aspek pendekatan diologis merupakan  langkah tepat dalam membangun Papua, sebab Esensi yang paling penting yaitu konsep pembangunan calon kepala daerah terutama gubernur provinsi papua kedepan, karena memilih calon gubernur harus melihat track recordnya. Menjadi perhatian kita bersama bahwa indeks kemiskinan ekstrem, Indeks Pembangunan Manusia [IPM], Provinsi Papua menjadi urutan pertama di Indonesia di balik kekayaaan alam yang melimpah. Masalah tersebut adalah isu Subtantif yang harus sering diperbincangkan dan di munculkan oleh pemuda yang menjadi ujung tombak negeri ini atau generasi masa depan negeri ini. Kita harus bicara tentang Bagaimana pembangunan infrastruktur dan tata kelola pemerintahan berdasarkan potensi suatu daerah [kearifan lokal].

 

Selama ini pembangunan bias karena tidak ada peta pembangunan dari pemerintah di provinsi papua, misalnya wilayah pembangunan Kabupaten Biak Numfor & Supiori, potensi SDAnya wisata bahari diarahkan pembangunannya ke arah pariwisata, kembalikan hotel marau dan banadara internasional Frans Kaisiepo dalam hal ini ciptakan Bali baru di Papua, sehingga dengan dengan sendirinya ada PAD dan peningkatan pendapatan ekonomi utk kesejahtraan masyarakat. Jayapura, sebagai wilayah pembangunan I yang meliputi Kota Administratif dan Pendidikan, bukan hanya mau bicara saya siap mau jadi gubernur, inikan bicara nafsu birahi politik yang membawa penderitaan bagi masyakat Papua yang telah sengsara oleh ideologi Papua Merdeka dan NKRI harga mati.

 

Harapan Baru Gubernur Di Tanah Papua Periode 2024-2029

 

Mari kita melihat dan memilih Gubernur Provinsi Papua 2024-2029 berdasarkan hati nurani dengan lihat track record atau rekam jejak kepemimpinannya, jangan memilih pemimpin yang bermasalah, saat ini Papua tidak kekurangan figure pemimpin, tapi pemimpin bagaimana yang diharapkan? Menurut hemat kami Pemimpin Gubernur Papua kedepan adalah harus (1). Takut Tuhan, (2). Integritas (kepribadian); (3). Intelektual (pengetahuan); (4). Intelegensi (spiritual); (5). Skill atau kemampuan/keahlian; (6). Memiliki track recordn yang baik, Komunikasi yang baik; (7). Memiliki Jejaring/Networking yang luas, (8). Memiliki Jiwa merangkul tanpa membedakan suku, agama, golongan dan ras yang hidup diatas tanah Papua; (9). Memiliki jiwa inovasi; (10). Mampu mengadaptasi dengan tantangan Global dan Teknologi

 

Gubernur dan Wakil Gubernur Harus OAP

Amanat  Otonomi  Khusus  (OTSUS) Papua sangat jelas untuk Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Harus Orang Asli Papua (mama-bapa Papua), yang bukan orang Papua jangan ambisius/rakus, diharapkan kepada Majelis Rakyat Papua harus tegas, jangan kompromi dengan kepentiangan apapun.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow