11% PENGANUT PROTESTAN TIDAK BISA MEMBEDAKAN PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU
Lebih dari sepersepuluh penganut Protestan di Amerika tidak dapat membedakan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, menurut hasil studi terbaru. Laporan yang dirilis oleh Lifeway Research pekan lalu, berjudul “Pandangan Jemaat Protestan tentang Kisah Alkitab,” mengungkapkan bahwa dari 1.008 jemaat Protestan yang disurvei pada September 2023, sejumlah responden mengutip kisah dari Perjanjian Baru saat diminta menyebutkan cerita favorit dari Perjanjian Lama.
Lebih dari sepersepuluh penganut Protestan di Amerika tidak dapat membedakan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, menurut hasil studi terbaru. Laporan yang dirilis oleh Lifeway Research pekan lalu, berjudul “Pandangan Jemaat Protestan tentang Kisah Alkitab,” mengungkapkan bahwa dari 1.008 jemaat Protestan yang disurvei pada September 2023, sejumlah responden mengutip kisah dari Perjanjian Baru saat diminta menyebutkan cerita favorit dari Perjanjian Lama.
Dalam survei tersebut, responden ditanya, “Dari semua kisah di Perjanjian Lama Alkitab, mana yang menjadi favorit Anda?” Sebanyak 13% responden memilih Kitab Keluaran dan kisah Musa sebagai bagian favorit mereka. Sementara itu, kisah Nuh dan Bahtera menjadi pilihan populer kedua dengan 11% responden menyebutkannya sebagai kisah favorit di Perjanjian Lama.
Namun, persentase yang sama, yakni 11%, secara keliru menyebutkan cerita atau buku dari Perjanjian Baru sebagai bagian favorit mereka di Perjanjian Lama. Selain itu, 7% responden mengaku tidak memiliki bagian favorit dari Perjanjian Lama, dan 3% menyatakan tidak tahu.
Hal ini menunjukkan bahwa hanya 79% dari peserta survei yang benar-benar mengidentifikasi kisah atau buku dari Perjanjian Lama ketika ditanya tentang bagian favorit mereka.
“Walaupun jemaat mungkin sering membuka Alkitab di gereja, setidaknya 1 dari 5 orang mungkin tidak familiar dengan bagaimana Alkitab diorganisasikan dan perbedaan antara Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama,” ujar Scott McConnell, CEO Lifeway Research, dalam pernyataan yang dirilis oleh The Christian Post. McConnell menambahkan bahwa beberapa dari jemaat tersebut mungkin kurang terlibat dalam membaca Alkitab, sementara yang lain mungkin lebih bergantung pada orang lain untuk membimbing mereka dalam memahami isi Alkitab.
Survei juga menemukan bahwa sejumlah cerita lain dari Perjanjian Lama menjadi favorit jemaat, termasuk Kitab Kejadian (10%), kisah Daud dan Goliat (8%), kisah Adam dan Hawa (5%), kisah Ayub (4%), kisah Rut (4%), dan kisah Yusuf (3%).
Penelitian ini juga menyoroti tingkat pengetahuan jemaat tentang kisah-kisah Alkitab yang terkenal. Sebanyak 34% responden mengklaim dapat menceritakan kisah Daud dan Goliat dengan akurat, sementara 39% mengaku bisa menceritakannya meski mungkin ada beberapa detail yang hilang atau salah. Di sisi lain, hanya 3% yang merasa tidak bisa menceritakan kisah tersebut sama sekali.
Persentase yang sedikit lebih tinggi ditemukan pada kisah Bahtera Nuh, di mana 39% merasa dapat menceritakan kisah tersebut dengan lengkap, sementara 43% yakin dapat menceritakan sebagian besar dari kisah itu.
Studi ini juga menunjukkan bahwa ada kesadaran yang rendah di kalangan jemaat mengenai kisah-kisah fiktif. Misalnya, 39% responden mengenali bahwa kisah Romulus dan Remus bukan bagian dari Alkitab, namun sebagian besar responden lainnya mengira kisah tersebut ada di dalamnya.
Banyak jemaat yang mengakui bahwa mereka tidak begitu mengingat detail-detail interaksi Tuhan dengan para leluhur, dan ini menunjukkan perlunya pengajaran Alkitab secara rutin di gereja,” ungkap McConnell. “Mengenali nama-nama dalam Alkitab mungkin bukan hal yang utama, tetapi iman Kristen sangat mengutamakan pemahaman yang jelas mengenai ajaran Alkitab, karena Yesus mengatakan Dia adalah satu-satunya jalan.
Apa Reaksi Anda?