IKUTI BINTANG BETLEHEM, IKUTI BINTANG KEADILAN
Oleh : Uskup Dr. Munib A. Younan "Sebab kami telah melihat bintang-Nya di Timur, dan kami datang untuk menyembah Dia (Yesus)." (Matius 2:2)
Salah satu kisah menarik dari Natal adalah kunjungan para Majus. Santo Matius dalam Injilnya menceritakan bahwa mereka melihat bintang yang terbit dan mengikutinya hingga berhenti di tempat Yesus berada. (Matius 2:9) Bintang Betlehem ini dianggap sebagai peristiwa astrologi ajaib dengan makna simbolis dan pengajaran. Bintang tersebut adalah tanda dari Allah untuk memandu orang bijak menuju palungan tempat Yesus dibaringkan.
Tidak banyak yang kita ketahui tentang para Majus ini selain bahwa mereka berasal dari Timur dan membawa tiga hadiah: emas, kemenyan, dan mur. (Matius 2:11) Mereka yakin bahwa tanda di langit itu menandakan peristiwa ajaib, baik secara surgawi maupun duniawi.
Namun, ketika mereka berhenti di Yerusalem, mereka menyadari bahwa baik otoritas politik maupun agama tidak melihat bintang itu dengan cara yang sama. Tidak ada yang berbagi tujuan mereka untuk menyembah seorang Raja yang baru lahir, yang kelak dikenal sebagai Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan. Tidak ada yang berbagi misi mereka untuk menyebarkan pesan harapan, keselamatan, dan pembebasan ke seluruh dunia.
Saat kita mengenang peristiwa ini, dunia saat ini berada dalam kekacauan. Tidak hanya tanah kelahiran Yesus, tetapi seluruh dunia menghadapi pelanggaran brutal, ketidakadilan sistematis, melemahnya hukum, dan hilangnya legitimasi internasional. Dalam pernyataan mereka pada 30 Oktober 2024, kelompok Elders (kelompok pemimpin global independen yang didirikan oleh Nelson Mandela pada 2007) memperingatkan bahwa ketidakpatuhan terhadap hukum dapat mengancam stabilitas global.
Setiap hari, kita mendengar bahasa yang mencerminkan persiapan untuk Perang Dunia Ketiga. Ancaman ini tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga tindakan: perang berdarah, pembersihan etnis, genosida, kemungkinan perang nuklir, dan kebangkitan kolonialisme. Para penguasa dunia tidak melihat bintang Betlehem atau visi damai berdasarkan keadilan. Mereka hanya fokus pada kepentingan nasional sempit dan keinginan untuk mempertahankan kekuasaan mereka.
Meski begitu, Natal tetap menjadi mukjizat. Kita merayakan kelahiran Tuhan di tengah kita, Yesus Kristus, Putra Maria, yang lahir di Betlehem. Kisah ini bukan hanya tentang seorang bayi kecil di masa lalu, tetapi juga hidup hari ini. Di tengah gejolak politik, permainan kekuasaan, dan penderitaan planet kita, kasih Tuhan hadir di mana pun ada kekerasan dan penindasan.
Kita dipanggil untuk tidak kehilangan pandangan pada bintang yang bersinar—bintang perdamaian, cinta, dan harapan. Saat kita melihat bintang itu, apa yang akan kita lakukan? Kita dipanggil untuk mengikuti jejak para Majus, meskipun itu berarti menghadapi ejekan, kemarahan otoritas, atau mengunjungi tempat-tempat yang dilupakan banyak orang.
Oscar Arias Sánchez, mantan Presiden Kosta Rika, pernah berkata, "Perdamaian sejati adalah perdamaian berdasarkan keadilan." Kita tidak hanya bekerja untuk menghentikan perang, tetapi juga membungkam tangisan mereka yang terpinggirkan, lapar, dan tertindas. Ketika cinta kasih dan kesetiaan bertemu dalam hidup kita, dan kebenaran serta damai bersatu, maka keselamatan Tuhan dekat.
Pertanyaan sering diajukan: Apa masa depan Kekristenan Arab/Palestina di Timur Tengah? Perang di Gaza dan Lebanon telah menyebabkan gelombang emigrasi besar. Masa depan itu tidak boleh terus berada dalam perang, kekerasan, atau pendudukan. Kita percaya pada janji Yesus, Sang Raja Damai.
Maka, kita dipanggil menjadi orang bijak. Kita dipanggil menjadi pembawa damai, perantara keadilan, dan pembela hak asasi manusia. Tugas ini tidak mudah, tetapi selama kita memandang bintang dan mengikuti Kristus, harapan kita akan diperbarui.
Kiranya Natal ini, mata Anda tertuju pada bintang di langit malam, dan bersama para Majus, Anda dituntun kepada Yesus Kristus, sumber kekuatan dan Penebus kita.
Tentang Penulis:
Yang Mulia Uskup Dr. Munib Younan adalah uskup emeritus dari Gereja Lutheran Injili di Yordania dan Tanah Suci.
Sumber : Follow the star of Bethlehem, follow the star of justice | World Council of Churches
Apa Reaksi Anda?