DIRJEN BIMAS KRISTEN JEANE MARIE TULUNG MENYATAKAN, BAHWA SALAH SATU PROGRAM PRIORITAS MENTERI AGAMA ADALAH PENGUATAN MODERASI BERAGAMA

DIRJEN BIMAS KRISTEN JEANE MARIE TULUNG MENYATAKAN, BAHWA SALAH SATU PROGRAM PRIORITAS MENTERI AGAMA ADALAH PENGUATAN MODERASI BERAGAMA

Dirjen membuka kegiatan Dialog Kerukunan Intern Umat Kristen dan Pembinaan Moderasi Beragama bagi Pimpinan Sinode Gereja di Jawa Barat dengan mengatakan, "Persoalan yang sering muncul di antara umat Kristen bukan hanya masalah antar denominasi, tetapi justru dalam satu denominasi, terkadang terjadi konflik internal gereja atau sinode yang sangat sulit untuk diselesaikan."

Selain itu, Dirjen menyatakan bahwa kegiatan intern umat Kristen ini bukan hanya penting tetapi juga harus dilakukan secara teratur karena masalah yang paling sering dihadapi adalah urusan agama Kristen, terutama di antara umat Kristen.

Jika hidup rukun dan damai antar gereja saja tidak dapat dicapai, bagaimana kita dapat hidup rukun dan damai dengan agama lain? Dirjen menyatakan bahwa penting untuk mengenal satu sama lain dan mendekatkan diri meskipun denominasi berbeda.

Oleh karena itu, dia menyatakan bahwa penting bagi kita untuk terus mengkampanyekan moderasi beragama untuk pimpinan sinode dan gereja.

Jeane berbicara di hadapan 40 pimpinan sinode dan gereja, "Kami bersyukur bahwa Perpres 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama telah disahkan pada 23 September 2023. Dalam Perpres ini, Penguatan Moderasi Beragama bukan hanya tugas Kementerian Agama, tetapi seluruh kementerian dan lembaga memiliki tugas dan amanah yang sama untuk menyosialisasikan Penguatan MB ini."

Pemerintah terus menyuarakan penguatan moderasi beragama karena banyak tantangan yang dihadapi saat menerapkan penguatan moderasi beragama. Tantangan-tantangan ini termasuk pengaruh kepentingan politik, tafsir agama yang berkembang, sikap dan pandangan ekstrem, dan semangat beragama yang tidak sesuai dengan dasar NKRI.

Dirjen menegaskan bahwa moderasi beragama menjadi sarana untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama yang harmonis dan toleran menuju Indonesia Maju.

Kita semua ingin hidup damai dan aman, jadi para tokoh agama, baik dalam pekerjaan dan pelayanan maupun sebagai pimpinan sinode, harus dipanggil untuk memperkuat moderasi beragama.

Dirjen menyatakan, "Ketika kita sudah dibekali dan mendapat pemahaman tentang Moderasi Beragama, penting untuk kita memasukkan penguatan Moderasi Beragama ini dalam khotbah, agar jemaat semakin memahami bagaimana hidup berdampingan dengan damai, rukun, baik dengan umat beragama intern maupun dengan umat beragama yang lain."

Menurutnya, kekuatan moderasi beragama bukan hanya tentang kerukunan dan toleransi; lebih jauh lagi, ada banyak hal yang perlu kita sampaikan tentang cara kita melayani orang lain dan bagaimana kita seharusnya hidup di rumah besar ini, negara Indonesia.

"Sitou Timou Tumou Tou" berarti "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain." Konsep yang sama berlaku untuk kehidupan beragama: kita hidup untuk memanusiakan orang lain.

Dirjen mengakhiri dengan mengatakan, "Ketika kita semakin menggalakkan penguatan moderasi beragama, konflik dan masalah semakin kecil. Semoga melalui kegiatan ini, kita semua dapat semakin memperkaya dan memperluas wawasan kita semua dalam rangka membumikan penguatan moderasi beragama."

Selain Dirjen, Harapan Nainggolan, Pembimas Kristen Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, dan ASN Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat juga hadir.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow