BERKAT ATAU PENGKHIANATAN? PEMUKA AGAMA PICU KEMARAHAN DI KLINIK ABORSI

BERKAT ATAU PENGKHIANATAN? PEMUKA AGAMA PICU KEMARAHAN DI KLINIK ABORSI

Tindakan tiga pemuka agama perempuan yang memberkati sebuah klinik aborsi di Maryland menuai kecaman luas. Mereka, yang terdiri dari seorang pendeta Presbiterian, kantora Yahudi, dan pendeta Baptis, berjalan melalui klinik tersebut sambil membakar dupa, memberkati peralatan medis dan staf yang bekerja di sana.

Upacara tersebut dipimpin oleh Pendeta Katey Zeh, seorang pendeta Baptis progresif dan lulusan Yale Divinity School. Zeh adalah pendiri organisasi lintas agama bernama Religious Community for Reproductive Choice, yang dikenal sering mengadakan ritual serupa di berbagai klinik aborsi. Dalam acara itu, dia menyampaikan pesan kepada staf klinik: “Kalian adalah berkat bagi mereka yang datang untuk mendapatkan perawatan di saat-saat paling rentan dan menyakitkan.”

Namun, tindakan ini memicu kemarahan mendalam dari kelompok pro-kehidupan. Banyak yang menganggap ritual tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai agama yang sejati.

Di tengah pemberkatan itu, sebuah buku catatan di ruang pemulihan mengungkapkan sisi lain dari cerita ini. Buku tersebut berisi curahan hati perempuan yang baru saja menjalani aborsi. Salah satu tulisan berbunyi, “Tuhan akan mengampuni saya atas keputusan ini.” Pesan itu menyuarakan rasa bersalah dan keraguan yang dirasakan perempuan dalam menghadapi keputusan sulit ini.

Josh Mercer, Wakil Presiden CatholicVote, mengungkapkan kejijikannya. “Tiba-tiba, dupa, doa, dan ritual menjadi penting bagi mereka. Tapi betapa jahatnya, praktik agama digunakan untuk membenarkan pembunuhan bayi yang belum lahir,” katanya.

Obianuju Ekeocha, seorang pembicara pro-kehidupan, bahkan menyebut tindakan itu sebagai pekerjaan iblis. “Inilah pemberkatan yang dengan senang hati diterbitkan media besar. Iblis benar-benar bekerja di sini,” tulisnya di media sosial.

Sementara itu, organisasi lintas agama yang mengadakan ritual ini menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menghapus stigma dan rasa malu yang selama ini diasosiasikan dengan aborsi oleh kelompok agama konservatif. Namun, bagi banyak orang, ritual ini lebih terasa seperti provokasi yang melukai hati mereka yang percaya bahwa kehidupan dimulai sejak awal kehamilan.

Pendukung pro-kehidupan mempertanyakan ironi di balik aksi ini. Mengapa agama, yang seharusnya melindungi kehidupan, justru digunakan untuk merayakan sesuatu yang dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia?

Momen ini menggambarkan pertarungan moral yang tidak hanya menyentuh isu aborsi, tetapi juga keyakinan manusia tentang kehidupan, dosa, dan pengampunan. Di balik semua perdebatan ini, perempuan yang menjalani aborsi terus bergulat dengan keputusan mereka, mencari jawaban dalam hubungan mereka dengan Tuhan dan hati nurani.

Sumber : Progressive female religious leaders bless abortion facility | U.S.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow