ANAK-ANAK YANG TELAH DIKELUARKAN DARI SEKOLAH LAIN SELALU DITERIMA DI SMP PGRI KOTA SORONG.

ANAK-ANAK YANG TELAH DIKELUARKAN DARI SEKOLAH LAIN SELALU DITERIMA DI SMP PGRI KOTA SORONG.

Penulis :Maria Baru, / 12 Jan 2024, 9:59 WP

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Sorong telah menjadi sekolah bengkel selama bertahun-tahun. Sekolah ini menerima siswa pindahan yang bahkan telah dikeluarkan dari sekolah lain karena gagal membaca, banyak alpa, dan anak-anak yang sulit diatur atau dikatakan nakal.

Gagasan bahwa SMP PGRI adalah sekolah buangan dibantah oleh Gasing, seorang guru yang telah bekerja di sana selama lebih dari dua puluh tahun. Menurutnya, SMP PGRI adalah sekolah yang bagus karena selalu menampung anak-anak yang dibuang dari sekolah lain karena kurangnya kemampuan baca-tulis, ketidakhadiran di kelas, dan tindakan nakal hingga dikeluarkan oleh sekolah yang dianggap berstandar dan terkenal di masyarakat.

Orang-orang mengatakan sekolah buangan, tetapi kami mengatakan bengkel. SMP PGRI bukan sekolah pembuangan. PGRI adalah sekolah terbaik. Saya percaya bahwa ini berlaku untuk sekolah lain. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk membangun kembali anak-anak yang telah dibuang, ditelantarkan, dan tidak diperhatikan oleh institusi pendidikan yang dianggap baik. Kami para guru di sini seperti las ketika anak-anak dibuang ke SMP PGRI. Kami membangun anak-anak dan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mereka hingga mereka tumbuh dewasa. Kami mencari alternatif untuk anak-anak yang sulit diatur dan sering malas sekolah. Gassing mengatakan kepada suarapapua.com pada hari Kamis, 11 Januari 2024, bahwa dia tidak bisa langsung mengeluarkan anak itu karena nasipnya masih panjang.

Kalasina Talutu, seorang guru dari Ambon yang telah bekerja sebagai guru ASN di Sorong sejak tahun 1990, mengemukakan pernyataan tersebut.

Halaman depan SMP PGRI kota Sorong. (Maria Baru – Suara Papua)

Ia menyatakan bahwa SMP PGRI, sebuah sekolah swasta di pinggiran kota Sorong, sering menyelamatkan anak-anak Papua dan non Papua dari sekolah terkenal yang dibuang.

Menurut Kalasina, SMP PGRI menerima anak-anak yang nakal, malas sekolah, dan tidak hadir di kelas. Di sekolah ini, meskipun memiliki jumlah guru dan fasilitas yang terbatas, guru dengan sabar membimbing anak-anak hingga selesai SMP.

Anak-anak Papua dan non Papua yang dikeluarkan dari sekolah-sekolah terkenal di kota Sorong diterima. Semua anak kami disayangi. Kami membuat mereka dengan penuh kesabaran. Kami meminta orang tua mereka untuk melaporkan masalah di lingkungan sekolah, memberikan nasehat kepada anak-anak, dan menutup dengan doa. Kami tidak biasanya menggunakan kata-kata kasar, apalagi tindakan fisik. Menurutnya, itu hanya akan menambah masalah bagi siswa.

Kepala SMP PGRI kota Sorong, Samuel Y. Sembay, berharap pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan, tidak menganaktirikan guru dan siswa, termasuk fasilitasnya. Menurutnya, semua siswa menerima pelajaran dan kurikulum yang sama, dan tujuannya sama: membangun sumber daya untuk generasi penerus Papua.

Kami memiliki kekurangan guru, terutama guru matematika dan mata pelajaran lainnya. Selain itu, kami telah mengirim surat ke dinas, tetapi belum ada tanggapan. Orang dinas pernah memberi kita format permintaan guru, di mana kami dapat memasukkan semua guru yang kami butuhkan. Informasi belum tersedia sampai saat ini, kata Sembay.

Sudah menjadi harapan dinas untuk memperhatikan sekolah-sekolah di pinggiran kota karena semua sekolah menghadapi pelajaran dan kurikulum yang sama dan ingin membangun anak-anak bangsa. Semua sekolah harus ikut pelatihan tertentu. Dia menegaskan bahwa kegiatan pengembangan kapasitas guru tidak terbatas pada sekolah tertentu.

 

Sumber Berita : https://suarapapua.com/2024/01/12/smp-pgri-kota-sorong-selalu-tampung-anak-anak-buangan-dari-sekolah-lain/

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow