TOKOH MUDA GKI DESAK BENYAMIN GURIK MINTA MAAF ATAS PERNYATAAN KONTROVERSIAL DI MEDIA SOSIAL
Jayapura – Franciskus Xaverius Rumere, tokoh muda Gereja Kristen Injili (GKI) yang dikenal aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan gereja, mendesak Ketua KNPI Provinsi Papua, Benyamin Gurik, untuk segera meminta maaf kepada Pimpinan Sinode GKI. Pernyataan ini muncul setelah unggahan Benyamin di media sosial Facebook yang dinilai menghina pimpinan Sinode GKI dengan sebutan “bodok” menjadi viral dan menuai kecaman luas.
Franciskus, yang akrab disapa FXR, menyebut bahwa unggahan tersebut sangat tidak pantas, terutama karena datang dari seorang tokoh pemuda yang seharusnya menjadi teladan. Menurutnya, pernyataan itu tidak hanya mencoreng nama baik GKI, tetapi juga menunjukkan sikap yang tidak bermoral, tidak beretika, dan kurang menghargai pemimpin gereja.
“Sebagai Ketua KNPI Papua sekaligus anak penginjil dari salah satu denominasi gereja di Papua, Benyamin seharusnya memiliki sopan santun. Sikapnya ini menunjukkan kurangnya penghormatan kepada pimpinan gereja dan umat Kristen secara keseluruhan,” tegas FXR, Kamis (28/11).
Franciskus, yang memiliki rekam jejak panjang dalam pelayanan pemuda gereja, termasuk sebagai mantan Koordinator PAM GKI Klasis Port Numbay dan Ketua Papua Youth Mission Center, memberikan waktu 1x24 jam kepada Benyamin Gurik untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Jika tidak, ia memastikan kasus ini akan dilanjutkan ke jalur hukum.
“Ini bukan hanya persoalan pribadi, tetapi menyangkut martabat pimpinan gereja dan seluruh umat GKI. Jika dalam waktu 24 jam permintaan maaf tidak disampaikan, kami siap mengambil langkah hukum,” tegasnya lagi.
Unggahan Benyamin Gurik ini menjadi sorotan karena dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai etika dan moral, terlebih karena ia memimpin organisasi sebesar KNPI Papua. Sebagai Ketua KNPI, posisi Benyamin seharusnya memberikan contoh yang baik dalam menghargai keberagaman dan kepemimpinan agama di Papua.
Hingga berita ini diturunkan, Benyamin Gurik belum memberikan pernyataan resmi terkait tuntutan ini. Namun, unggahannya telah menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk pemuda GKI dan tokoh masyarakat Papua yang menilai pernyataan tersebut tidak pantas.
Peristiwa ini juga memicu diskusi di media sosial dan komunitas Kristen di Papua. Banyak pihak mendukung langkah tegas Franciskus dan mengharapkan permintaan maaf dari Benyamin untuk mengakhiri polemik ini.
Sementara itu, beberapa organisasi pemuda gereja di Papua mulai bersiap memberikan dukungan jika kasus ini harus diselesaikan melalui proses hukum. Keputusan Benyamin Gurik dalam waktu dekat akan menjadi penentu apakah masalah ini dapat diselesaikan secara damai atau berlanjut ke jalur hukum.
Apa Reaksi Anda?